Oleh Ustadz Muhammad Farid, Lc., M.H.
Para pembaca yang dirahmati Allah F,
Banyak hadist yang menceritakan tentang keutamaan Ahlul Qur’an, mereka adalah hamba istimewa Allah dan hamba terdekatNya.
Ahlul Qur’an adalah dia yang membaca Al-Qur’an, mempelajari Al-Qur’an, dan mengamalkannya, bukan hanya membaca saja.
Ahlul Qur’an terbagi menjadi 2, yaitu:
- Orang yang hafal Quran, mengetahui dan mengamalkan.
Tingkatan ini adalah orang yang nantinya akan disuruh untuk menentukan derajatnya sendiri di akhirat kelak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914. Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2240 mengatakan bahwa hadits ini shohih).
Yang dimaksudkan dengan ‘membaca’ dalam hadits ini adalah menghafalkan Al Qur’an.
Perhatikanlah perkataan Syaikh Al Albani berikut dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 2440. “Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan dengan shohibul qur’an (orang yang membaca Al Qur’an) di sini adalah orang yang menghafalkannya dari hati sanubari. Sebagaimana hal ini ditafsirkan berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain, “Suatu kaum akan dipimpin oleh orang yang paling menghafal Kitabullah (Al-Qur’an)”. Kedudukan yang bertingkat-tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini, sebagaimana hal ini banyak disalahpahami banyak orang. Inilah keutamaan yang nampak bagi seorang yang menghafalkan Al Qur’an, namun dengan syarat hal ini dilakukan untuk mengharap wajah Allah semata dan bukan untuk mengharapkan dunia, dirham dan dinar.
- Orang yang tidak hafal al-Quran, selalu membacanya dan mengamalkan isinya (dia mendapatkan keutamaan) akan tetapi, tingkatan kedua ini tidak mendapatkan keutamaan untuk menentukan derajatnya sendiri.
Wallahu Ta’ala A’lam.