Cinta yang indah adalah cinta yang terbalaskan, bukanlah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Begitupula tatkala kita mencintai Allah banyak yang mengaku cinta kepada Allah, akan tetapi Apakah Allah juga mencintai kita?

Lantas Bagaimanakah agar Allah D mencintai kita?
Dalam sebuah Hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :

Nabi z bersabda,

إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ

Allah E berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya. Tidaklah Hamba-Ku mendekatkan diri pada-Ku dengan suatu amalan yang lebih  Aku cintai melainkan dengan amalan yang Aku wajibkan padanya. Dan tidaklah Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari, no. 2506)

Dalam Hadits Qudsi ini Allah C menyebutkan bahwasanya untuk mendapatkan kecintaan-Nya yaitu dengan menunaikan seluruh apa-apa yang telah Allah C wajibkan atas kita dan tidak berhenti sampai di situ saja, setelah kita melakukan amalan-amalan yang wajib maka kita iringi juga dengan amalan sunnah. Allah C mengatakan: “dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya”.

Maka kecintaan Allah E bisa kita dapatkan dengan menunaikan seluruh kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang hamba dan mengiringi amalan-amalan wajib tersebut dengan amalan-amalan sunnah. Dan tentunya senantiasa berusaha untuk mengikuti dan menghidupkan sunnah-sunnah Beliau z dalam aktifitas harian kita seperti ketika makan, tidur, berpakaian dan lain-lainya, dengan begitu sesuai janji-Nya maka Allah E akan cinta kepada kita. Cinta kita kepada Allah E menjadi cinta yang indah cinta yang terbalaskan, bukan cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan.

 

Ustadz Farih Wajdi, Lc., M.H.
Cilacap, 10 Desember 2020.

Leave a reply "Agar Cinta Tak Bertepuk Sebelah Tangan"

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rating*